Minggu, 24 Mei 2015

OLA Trip of Wonderful ep. Papandayan Part 2



Melanjutkan perjalanan dan ternyata ada warung di atas ini bah!, dan....apa? Ada tukang cilok pulak!. Baru kali ini gw hiking nemu tukang Cilok. Bwahahaha…Akhirnya gw tergoda untuk melipir sejenak di warung untuk pesan teh panas. Teh panas di udara dingin = mantap, cocok sangat. Seperti kita menemukan pasangan hidup kali yaa…Bwahahahha. Dan sebenarnya gw tergoda buat beli cilok, asap yang keluar dari pancinya cilok aja udah ngegodain gw, buat nyamperin. Tapi maaf, cilok. Godaan kau belum bisa menumbuhkan semangatku untuk menghampirimu. Laaaahh males juga gw nyamperin, yang beli sampai ngantri gitu.


Setelah menghangatkan tubuh dengan minum teh di warung, lanjuuutt lah kami. Jalan masih menanjak, kali ini jalan di sebelah kiri dipagari jurang dan kanan oleh pepohonan rimbun. Masih rame aja disini. Dan akhirnya tibalah kami di Pondoh saladah. Ahaiiiii…sampai di tempat ngecamp. Aseeek-asekkk yeaaayyy. Dan just for your info, di Pondoh Saladah kala itu rame banget dihiasi warna-warni tenda. 


Luruskan kaki, dan mari kita kerja lagiii, siapkan makanan untuk siang ini. Siangin sayuran!, dan yang cowo-cowo bangun tenda. Sayuran bahkan daging yang dibawa ternyata : banyaakkk kaliiii..Menu siang ini mari kita buat sayur sop plus daging ayam, tambahan telur dadar (tapi sayang gw gak bisa makan telur dadarnya, padahal aromanya menggoda banget untuk dilahap). Sore hari menjelang akhirnya tuh sayur sama nasi baru matang,..karena cukup lama menunggu, akhirnya kita lahaaap habis. (Yang gw suka banget di sayur sopnya ada jamur kupingnya, yummy)


Setelah perut cukup asupan, saatnya istirahat dengan ngobrol-ngobrol cantik, Oiya klu kita hiking ke gunung kan sering banget tuh nemuin, orang-orang yang teriak trus saut-sautan. Salah satu rombongan teriak, rombongan yang lain nyautin. Klu kata Gigih, ku saut-sautan gitu, yang pertama teriak itu dia dapet jackpot, abis liat orang pipis atau pup di semak-semak. Nah pas denger orang saut-sautan lagi, kita langsung ketawa ngakak, ngebayangin lagi pipis atau pup ketauan sama orang, Oh I’m Shy.   Malam mulai menjelang kita berakustik ria, bernyanyi, berjoged bersama.




Ketika malam gelap dihiasi berjuta bintang

Lelah yang melanda diluluhkan oleh tawa

Dinginnya udara dihangatkan dengan kebersamaan

Kenangan indah bersama teman-teman

Kehidupan yang akan selalu kami syukuri

Kebersamaan yang kami rindukan.



Rasanya semua menyatu, bahkan tim pendaki yang lainpun ikut bernyanyi bersama, berjoged bersama. Semua senter dinyalakan dan kami sorot ke langit, rameeeee  udeh kaya lagi hajatan ajeh dah. Kita gokil-gokilan bersama di dinginnya malam. Ahaiideee


Ketika perut sudah menggelinjangg, mengetuk-ngetuk lambung, biar diisi. Kami berkumpul bersama, makan lesehann, menunya ayam rica-rica dan capcai. Sayangnya pada menu makan malam kali ini gw Cuma bisa makan nasi beberapa suap saja. Sumpaah deh gw gak tahan sama pedesanya…Hiks..hiks

Udah gitu pengen pipis pula, malam-malam gw dan Ambar minta Krisna nemenin kita ke toilet. Dan toilet nguanntriii, masih aje, padahal udah hampir jam 9 antrian toilet belum berakhir. Akhirnya gw pipis di semak-semak. Terpaksalah. Tepat beberapa meter di bawah, rombongan cowo-cowo dari pendaki lain, abis liat babi hutan dekat mereka. Dan mari kita cussss ke tenda.

Udara semakin menggigit kulit, merasuk ke tubuh, saatnya gw bersembunyi ked lam sleeping bag di dalam tenda. Gw berusaha untuk tidur, namunn suliiittt…dinginnnn bangeeettt. Tapi serius deh karena gw pernah mengalami Hipotermia di Gunung, gw berusaha dan terus berdoa gw harus lalui malam ini, gw gak mau hipotermia lagi.


Pukul 04.00 WIB. 
Semua dibangunkan, sebenernya udah pada bangun (gak tau pada gak bisa tidur apa memang sudah bangun), Namun tak ada yang mau keluar dari tenda, hahahha. Masih takut. Dingin kalii bahh! Namun tak kusangka yang namanya Krisna bisa mandi pagi tuh bocah, entah badannya sekuat apa. Akhirnya karena ingin melihat indahnya sunrise kami menguatkan, menyemangati diri bangoooooon.
 

Dan ternyata jalan menuju hutan mati, maceettt kalii. Karena kami kesiangan bangun, Ups! bukan malas keluar tenda. Tapi sempat lah sikit kami berfoto bersama kawan disinari indahnya Mentari pagi. 


Sang Fajar menyeruak di balik Hutan Mati



Setelah merasakan indahnya pemandangan sekitar kami bergegas ke puncak. Perjalanannya menanjak terjal, untunglah tak membawa carier nan berat. Kami harus melalui tanjakan Mamang, gw sendiri gak tau kenapa dinamakan tanjakan mamang. Gw sih berasumsi sendiri, untuk melewatinya kita butuh mamang, buat membantu naik, “Mang, tolong dong mang”. Pemandangan semakin indah, kami terus mendaki, memompa semangat diri, ingin melihat kuasa Tuhan Yang Maha Sempurna. Jujur nafas sedikit lebih tercekat, mungkin karena oksigen semakin menipis. Namun ketika lellah semakin bertumpuk, secercah sinar harapan memcuat di balik pepohonan, rasanya lelah itu sirna. Semangat semakin membara. Dan Tibalah kamiiii….fiiiuuuuuhhh Alhamdulilllaaah. Mari kita fotooooo.

Dari kiri ke kanan, Gw, Cilla, Anjar, Wijaya

Embun Pagi menghiasi
 



Oia, di puncak ini tidak ada pendaki yang ngecamp, memang diharamkan, alias dilarang. Karena masih banyak binatang buas di sini.


Oh Iya ada kejadian lucu, jadi ada yg namanya Ibnu, badannya tuh besar, kulitnya gelap. Entah ini nyata atau hanya gossip yang dbuat-buat sama Giant. Pas malam-malam Ibnu pengen pup di semak-semak, Ibnu diteriakin Babi!. Babi!Babi!Babi!, otomatis orang-orang rame-rame ngusir tu babi dong, biar gak ngamuk ke tenda kita. Nah pas di teriakin dan diusir-usir gitu bukannya teriak “Ini gw Ibnu”, Eh Ibnu malah kabur, ditimpukin lah dia, sampai bokongnya merah-merah. Bwahahahhaha..Ehtah ini bualan Giant atau ini sugguhan. Sampai hari tulisan ini di posting, Ibnu masih jadi bahan cengan. Tapi klu ada babi, sungguhan ada.

Oiya,..saat gw tulis cerita ini Didit (salah satu team yang ikut juga mendokumentasikan perjalanan ini), sudah mengeluarkan teaser nya loh di you tube. Check this out yooo. 

Watch "OTW : OLA Trip of Wonderful | TEASER" on YouTube - OTW : OLA Trip of Wonderful | TEASER: https://youtu.be/IbwDIGam2EE

Rabu, 20 Mei 2015

OLA Trip of Wonderful ep. n. Papandayan

Udah lama gw gak cerita pengalaman menarik, mengesankan bagi gw. And know I want to tell you my story…upss no OUR Story.


Cerita perjalanan kami ke Papandayan, Garut – Jawa Barat. Kali ini tidak bersama full anggota koplak. Hanya beberapa dari kami yang bisa ikut.

Perjalanan dimulai pada Jum’at malam tanggal 15 Mei 2015. Kita kumpul di Auditorium UMB. Kami meluncur dari Meruya pukul 10 malam (sepertinya). Sumpritt selama perjalanan full music banget, pada suka menyani ternyata, untuk enak didengar, hahahha. Supirnya juga asik mengendarai busnya, cepett beeud. Dan Alhamdulillah, kami sampai dengan selamat.


Singkatnya kami sampai, dan melanjutkan perjalanan dengan mobil bak terbuka menuju pintu masuk Gn. Papandayan. Sengaja gw pilih duduk di depan, sebelah supir. Gw ngerii masuk angin. Bwahahah. (Secara badan gw tipiss bingittss). Gw jadi ngobrol-ngobrol cantik sama drivernya deh, dari masalah politik sampai rendahnya harga jual hasil panen di tengkulak. Dia sempet curhat, hasil panennya (dia juga punya kebun sayur), sekarang rendah sekali harga jualnya. Dia jual cabai merah ke tengkulak cuma dapet 10rb, gw miris banget dengernya, secara gw beli cabe merah segenggam 4rb. Gw menyemangati  dia, “Semangat Pa, sekarang orang semakin sadar kok buat makan sayur, jangan patah semangat Pa, terus tanam sayur-sayuran”. Pa supir cuma nyengir aja, gw bilang gitu. 


Barusan intermezzo sedikit, hihihi.

Pas sampai di sana, beuuhhh banyakk beudd ternyata yang pengen mendaki. Saat mulai pendakian gw rasa ini gunung kok gersang beud yak. Sepanjang jalan batu kerikil, kawah, batu besar, tebing,…lah dimana puunya?...


Tampak jalan disisi kiri (jika posisi akan mendaki)



 Asap belerang berada di sisi sebelah kiri (ketika hendak mendaki)
 


Banyak beuuudd batunya, bagi pencita batu akik, betah kali yaak, ngubek-ngubek nyari batu akik di sana. Bwahahah. FYI, air sungainya telah bercampur dengan belerang...


Seperti yang gw bilang tadi karena yang pengen mendaki banyakk bangeettt, gw merasa berjalan pun gw kudu ngantri. Gw dulu pernah diceritain sama temen dia pernah mendaki sebuah gunung sampai jalan itu harus ngantri, saat itu sih gw gak percaya, lebaayyy beud dia. Ternyata gw mengalaminya sendiri. Gw kira di atas ada konser apa gitu..

Setelah beberapa waktu perjalanan akhirnya nemu pohon, yeaayyy. Lebih sejuk, anginnya lebih semilir anginnya. Kena semilir angina di gunung itu rasanya menghilangkan separuh lelah. 


 Me (back) with salah seorang anggota tim Koplak, namanya Bang Jay

Dan akhirnya berhentilah kami dipersimpangan jalan, satu ke kiri dan pilihan lainnya ke kanan. Menurut info sih, ke kiri itu lebih landai namun agak jauh jalannya, nah yang kiri lebih terjal tapi lebih cepat. Tergodalah gw dan beberapa di antara kami pilih jalan cepat, Bwahahahh. Gak bisa dikasih kabar gembira dikit, klu jalan lebih dekat..langsungg cuss. Dan ternyata sodara-sodara jalan ke kanan ini sungguh terjal sangat (bayangkan tuh gw sengaja pake kata “sungguh” dan “sangat”). Baru bebrapa kali kaki menanjak, rasanyaa cakeepp kaleee. Akar pohon dan ranting pohon jadi tumpuan kami. Namun saat sejenak istirahat, dan liat ke bawah itu rasanya…hmhmmmm…Subhanallah. Indah sekali.

Setelah perjuangan yang W.O.W = wow.  Finally nemu jalan yang rata (maksudnya rata, bukan jalan aspal atau jalan beton loh ya!) Sebelah kiri dibatasi dinding batu nan terjal, dan sebelah kanan = jurang. Puas-puasin lah ditempat ini kami meluruskan kaki. Menikmati, semilir angin menyapu wajah, menyegarkan tubuh. Wuiiihhh. Ketika naik gununglah, kita menyadari bahwa angin adalah anugrah Allah yang harus kita syukuri.


Setelah perjalanan dihiasi bebatuan, hadirlah pepohonan


Setelah marasa cukup kami mulai berjalan lagi. Ketika melihat ke kanan. Woooow keren bangett. Jurang, dihiasi pohon nan rindang. Berbagai warna hijau menghiasi. Gugusan bukit-bukit mengelilinginya. Dan kemudian…..selfie…mari kita selfie